Laman

12 Februari 2010

LELAKI DI PUNGGUNG ASPAL

LELAKI DI PUNGGUNG ASPAL

1

Suara alunan Netral menyentak dari lipatan paha bersamaan dengan itu gerakan memutar mengerayangi selangkangan begitu menggoda, sontak secepat kilat kujinakkan dengan memegangnya sedikit kasar dan tergesa, “hallo, iya Bos…langsung meluncur, 5 menit Bos…”.

Masih dengan kecepatan kilat, ku reguk setengah cangkir kopi hitam yang sudah lama dingin, glekk… Kuangkut tas hitam yang sedikit kumal bercampur debu dan air hujan yang mengering. Uh hampir 2 kg beratnya… tidak lupa helm teropong merah kesayangan yang tadi aku pakai buat sandaran kepala, yach memang sejak 1 jam yang lalu aku dan dua orang temanku, Jian dan Alei, nongkrong di Warung Pring, katanya sich kafe, kafe cap kecoa kalee… tempatnya strategis, deretan balai bambu melingkari pohon bambu
juga.. haha..

Suasana yang kadang sangat diimpikan para kaya raya untuk melumat penat, padahal sebenarnya Cuma strees aja… Warung Pring menjadi tempat bersarangnya para pemuja aspal menunggu giliran menyisir rejeki. Tiap hari kafe ini selalu di padati oleh lelaki berjaket kulit berwajah lusuh dan kurus kering.. hahaa.. Tiap kali selalu terdengar tawa dan cemoohan antar mulut.. Mungkin ini salah satu reaksi reflek dan cerminan dari kerasnya tekanan hidup dan kehidupan..

Tas sudah mengikat tubuh, helm juga lekat menutup kepala, karena malu dengan hidup dan kehidupan betapa kenyataan saat ini sama sekali tak terlintas dalam nina bobo bapak dan ibu waktu aku kecil dulu. Seingat saya, kalao nggak jadi dokter ya pilot, kalao tidak ya tentara ada juga sodara yang "ngudang" supaya jadi guru.. aku ingat betul itu..
yach, untung ada helm yang paling tidak untuk sementara menjadi saksi segala apa yang berkecamuk di balik batok kepala ini. Semua pikiran, juga kesumat, rencana licik, suara khianat sampai rintihan doa berbaur dan hanya helm ini yang mengerti dan tak pernah komplain, pokoknya teman sejatilah

Tak sadar tubuhku sudah terguncang hebat di atas pelana Sembrani hijau, ku pacu menyelinap lalu lalang Stasiun Kota baru. Suara klakson ABG tak kuhiraukan lagi, semuanya kalah oleh suara dering telpon dari Bos Asoe tadi. Bagiku, telpon masuk adalah duit, telpon masuk adalah rejeki.. walau terkadang juga bukan duit yang masuk, tapi malah omelan dan umpatan tukang tagih Credit card.. malah sering juga umpatan makelar yang minta jatah lebih.. hihii.. emang kok enak, aku yang kerja, aku yang resiko, harusnya aku dapat lebih banyak… Yach, aku kan manusia normal, serakah adalah salah satu ciri manusia yang punya harga diri.. hahaa…

“iya Bos, ini udah mau nyampe…iya bos…iya..iya…”, ternyata semua orang kalao udah ngomong urusan duit semuanya pada kagak sabaran, seperti Bos Asoe tadi.. Dia minta aku cepet nyampe showroom, telpon lagi, padahal tak liat jam “kombunku” masih 3 menit dikit…, customernya udah nunggulah, keburu gak jadi belilah, keburu di ambil leasing lainlah… Pokoknya kalo urusan duit, semua udah kehilangan etika, berlindung dibalik pelayanan! Hich.. jijaiii!!

“Maaf bos, agak terlambat….”, basa basi standard untuk menetralisir suasana, sebuah penegasan picik, bahwa aku sangat membutuhkan order ini.. Juga ada terselip rasa khawatir tidak memuaskan dan berakibat berhentinya order berikutnya. Padahal kalao di pakem, aku dan Bos Asoe sebenarnya sama sama sekeping mata uang.. sama sama butuh… Tapi rasanya teori itu udah expired, yang ada malah juragan ama kacung… bersyukurlah kalao aku mendapat posisi sebagai kata kedua… Kacungggg…. Hahaa…Jiannnnn.....kkk!!

“ini orangnya minta cepet pak, maunya langsung di bawa.. apa bisa pak?” Suara datar Bos Asoe tapi bermakna sangat kejam.. Antara bahasa marketing klasik, bahasa superior, bahasa milik para meneer walondo dulu.. Ada nada memaksa, diperhalus dengan sedikit menyanjung atau malah menantangku… Hanya tuhanlah yang tau… haahaaa.. Jiahhh
“oh ya bos.. unitnya apa.. harganya berapa.. uang muka berapa, ambil berapa tahun… orang mana.. kerjanya apa.. datanya apa aja…” Huh.. mampus lu.. emang aku gak bisa bersilat lidah juga?? Kekekekkkk… gantian rentetan pertanyaan kutembakkan. Setidaknya aku mau nunjukin siapa aku! Maksudku sich mau biar profesional, toh aku dibekali S.O.P yang mengharuskanku bekerja mengikuti rambu rambu…. Kok enak bener main paksa paksa, lha yang gaji aku siapa??? Siap coba….??? Yang aku tau yang menggaji aku ya aku sendiri, cuma karna aku bekerja di sebuah perusahaan yang begitu besar dan mentereng, katanya sich, maka gajiku di lewatkan oleh perusahaan.. sebagai identitas bahwa aku mewakili perusahaan…

“gini pak, ini langganan saya… nanti kalao macet bilang sama saya aja, tak beli lagi…” Sangat diplomatis dan berkelas!! Tapi ini berlaku bagi marketing guoblok…!! Tau nggak itu intinya ya mau untung sendiri, mau enak sendiri.. Macet!! Aku yang yang dipenggal, ente untung boss… Ngga fair lah… wkakakaa

Aku heran, apa bener rahasia sukses itu salah satunya apakah pandai mengemas kata kata?? Sehingga secara tidak langsung bisa dikatakan bahwa sukses itu sama dengan menjerumuskan orang lain??? Memenangkan setiap pembicaraan dan mendominasinya?? Apakah juga kalao orang sukses itu mesti membuat jurang yang tegas, siapa aku siapa ente?? Busyeeet….

Tidak dan bukan itu!! Harusnya kembali ke definisi sukses itu dulu, baru… Menjalin hubungan dan menjaga relasi harusnya mempertimbangkan etika, toh sudah jelas.. bahwa setiap bidang bisnis apapun tetap saja membutuhkan orang lain, relasi lain… jadi mesti saling mengintungkan kedua belah pihak, bukan mencari untung sendiri… bla..bla…bla…
“maaf Bos.. saya tak telpon bos dulu.. kalo saya sich penginnya gak pake ribet, hemat waktu hemat biaya… tapi gak enak kalao gak bilang bos…” Karna desakan yang melemaskan persendian akhirnya pun aku mengalah, dengan pertimbangan sedikit rasional dan hampir 90% spekulan.. High Risk Bussiness…!! Konyol…!!

“aku tak berangkat sama customernya aja Bos, sekalian ambil data biar gak bolak balik dan cepet beres…” yach, mau ngomong apa lagi, lha bossku yang punya policy… udah ngijinin, pertimbangan rasional juga 90% spekulan.. Toh kita bukan peramal, kita pake patokan angka angka, tren juga ya itu tadi ‘service oriented’.. byuh…..
‘aku berangkat dulu Bos…, minta tolong data kendaraan disiapkan biar cepet beres bos..” kataku. “ya pak… tolong cepet dibikin PO-nya ya pak…” mulut manis Bos Asoe bikin kepala pecah…. Ckkkakakaaakkkkk!!
Bersambung....

Tanaka, 05 Februari 2010@00.53

(cerita ini diilhami dari seorang sahabat, tidak ada maksud apapun, hanya inilah sebagian realita.. toh hanya cerita... hahaa)